26 Mar 2010

B2W, Gaya Hidup Ramah Lingkungan


Membiasakan diri menggunakan sepeda ke kantor atau ke pasar bisa menjadi salah satu pilihan mengatasi kemacetan lalu lintas Kota Jakarta. Yang lebih penting lagi aktivitas bersepeda sangat bermanfaat bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Bike to Work (ber-B2W) merupakan pilihan sekaligus kebutuhan bagi mereka yang menggemari sepeda sebagai alat olah raga dan rekreasi, tapi juga ingin memanfaatkan untuk alat transportasi alternatif sehari-hari.

Menurut sejumlah pengiat Komunitas Bike to Work (Komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia), dengan berB2W, ada nilai plus yang bisa diperoleh dan sumbangkan secara langsung pada kelestarian lingkungan. Diantaranya kesehatan diri, penghematan finansial dan Bahan Bakar Minyak (BBM), pengurangan polusi, hingga mengurangi stres di jalan akibat kemacetan, dan lain-lain.

Kesadaran menggunakan kendaraan ramah lingkungan melalui sepeda bagi anggota Komunitas Bike to Work Jakarta, muncul sekitar tahun 2005 lalu. Mereka menilai lingkungan udara kota Jakarta, makin jauh yang diharapkan, karena disebabkan asap yang keluar knalpot kendaraan bermotor yang telah mencemari udara kota Jakarta seiring dengan makin membludaknya pemilikan kendaraan pribadi. Bike to Work merupakan perkumpulan atau komunitas masyarakat sadar sepeda di Jakarta.

”Awalnya dari teman-teman di satu komunitas Mountain Bike yang biasa kalau weekend kita mountain bake di daerah sejuk. Dari situ kita terpikir, ‘kenapa kok sepeda kita tidak dipakai untuk bekerja dan mengurangi polusi?’ Berangkat dari situ Agustus 2004 kita mulai mengkampanyekan Bike to Work,”kata Ketua Umum Komunitas Bike to Work Indonesia, Toto Sugiharto.

Jumlah anggota Bike to Work berkembang begitu pesat, menurut Humas Bike to Work Jakarta, Rivo Pamudji, hingga saat ini anggota Bike to Work terdaftar di mailing list Bike to Work berjumlah 2.500 orang, namun secara keseluruhan diperkirakan sudah berjumlah sekitar 5 ribu orang.”Setiap hari bertambah sekitar seratus orang,”ungkap Rivo Pamudji dalam sebuah kesempatan saat ditemui usai mengikuti sepeda santai di daerah Senayan Jakarta beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, Bike to Work juga telah memiliki beberapa perwakillan di sejumlah daerah antara lain Yogyakarta, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Bandung, Mojokerto, Aceh, Balipapan, dan Makassar.

Perkembangan itu tak terlepas kerja keras pengurus pusat Bike to Work yang dikomandoi Toto Sugiharto serta kuatnya rasa persaudara antara sesama anggota Bike to Work, bahkan mereka siap sedia membantu penggiat sepeda lainnya yang mengadapi kesulitan di jalan raya, sekalipun belum terdaftar sebagai anggota Bike to Work. Tak heran kalau jumlah anggotanya berkembang demikian pesat. ”Kita sangat terbuka bagi siapa saja untuk bergabung menjadi anggota Bike to Work, syaratnya yang penting punya sepeda tanpa pandang merek dan bersedia menjadi anggota Bike to Work,”kata Luffi, anggota Bike to Work asal Bekasi.

Lutfi hanyalah salah satu dari ribuan penggiat sepeda di Indonesia yang bekalangan ini mulai membiasakan dirinya menggunakan sepeda ke kantornya. ”Saya hobby bersepeda sebenarnya sejak kecil, dan sejak tiga tahun lalu hobby tersebut kembali muncul dan sehingga dalam satu minggu saya senantiasa menyempatkan diri mengunakan sepeda ke kantor atau saat ke pasar,”

”Apalagi dengan terbentuknya Bike to Work, saya makin semangat,”ujarnya. ”Saya juga senantiasa berusaha mempengaruhi teman-teman agar menggunakan sepeda mengingat udara di Jakarta sudah tercemar oleh asap kendaraan bermotor, nah salah salah satu cara mengatasinya adalah membiasakan diri menggunakan sepeda baik ketika ke kantor, pasar dan mengunjungi saudara atau sahabat,”tambahnya.

Dikatakan, lalu lintas Jakarta masih terjadi keruwetan dan ditambah persoalan polusi kendaraan, rasanya sepeda menjadi satu pilihan tepat untuk warga Jakarta khususnya. Jadi baiknya berkaca sama orang Belanda yang kebanyakan menggunakan sepeda jika menuju tempat kerja tak terkecuali pejabat negara sekalipun. “Jadi ada baiknya, Pemerintah sekarang juga melihat bahwa sekarang sudah terjadi krisis lalu lintas, krisis polusi sehingga sepeda menjadi salah satu solusi mestinya,”tandasnya.

Dari sekelompok penggemar sepeda MTB (mountain bike) di Jakarta yang punya semangat, gagasan dan harapan terwujudnya udara bersih di perkotaan khususnya Jakarta. Komunitas ini berkeinginan untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda sebagai alternatif moda transportasi, utamanya ke tempat kerja (bike-to-work).

Mereka bersepeda ke kantor, bahkan ada yang berjarak sampai 36 km dari rumah ke kantor! Tengok sang pentolan Pak Toto Sugito, yang terbiasa mengayuh sepedanya dari Cibubur ke Sudirman.

Tak tanggung-tanggung cita-cita mereka, yang telah memilih bersepeda ke tempat kerja bukan hanya karena ingin mencari alternatif model transportasi yang bebas macet, tapi juga ingin mewujudkan cita-cita udara perkotaan khususnya Jakarta yng bersih, bebas dari polusi asap kendaraan bermotor.

Ada fakta menarik tentang sehatkah bersepeda di jalan raya se-padat Jakarta yang, sudah pasti penuh polusi oleh asap kendaraan bermotor. Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Rank J, Folke J, Jespersen PH dari University of Roskilde, Department of Environment, Technology and Social Studies, Denmark yang meniliti tentang perbedaan efek paparan polusi udara terhadap pengendara sepeda dan pengendara mobil.

Jika selama ini, seringkali ada pernyataan bahwa mengendara sepeda dalam lalu lintas padat sangatlah tidak sehat, dibandingkan dengan mengendara mobil. Namun setelah dilakukan pengujian hipotesis tersebut, ternyata tim dengan 2 pengendara sepeda dan 2 pengendara mobil telah dilengkapi dengan peralatan uji udara untuk perorangan sambil berkendara dalam waktu 4 jam pada 2 pagi hari yang berbeda di Kopenhagen Denmark.

Sampel udara dalam tabung arang yang mereka bawa kemudian dianalisis untuk mencari kadar benzene, toluene, ethylbenzene dan xylene (BTEX) dan meneliti saringan udara untuk menentukan total partikel debu.

Konsentrasi partikel dan BTEX yang terdapat di dalam ruang mobil-mobil percobaan tersebut adalah 2 hingga 4 kali lebih banyak daripada zona pernapasan pada pengendara sepeda, yang terbesar perbedaannya adalah untuk BTEX.

Walaupun setelah periode pengambilan napas pada pengendara sepeda lebih banyak, pengendara mobil tampaknya lebih banyak terpapar polusi udara dibanding pengendara sepeda. Jadi bersepeda itu sehat dan ramah lingkungan..berani mencoba?? (Marwan Azis).
(sumber: http://greenpressnetwork.blogspot.com/)

0 komentar:

Posting Komentar